buatlah cerita sebenarnya dan menjadi cerita fantasi
B. Indonesia
aldifirnand
Pertanyaan
buatlah cerita sebenarnya dan menjadi cerita fantasi
1 Jawaban
-
1. Jawaban lestari740
Windi adalah seorang anak yang baik. Dia tak pernah membantah perintah orangtuanya, dan ramah pada setiap orang. Windi adalah anak yang paling disayangi di tempat tinggalnya.
Suatu hari, Windi dan teman-temannya bermain sampai larut malam. Saat tiba di rumah, Windi dimarahi ibunya. Ini pertama kalinya, Windi melihat ibunya marah. Ada beberapa kata yang membuat Windi gusar, dan lama kelamaan dia merasa kesal dan berteriak “BERISIK!”
Windi melihat wajah ibunya yang nampak sangat terkejut, begitu pun dengan dia. Windi ingin meminta maaf tapi malah berkata dengan marah “kenapa sih, aku kan cuma main sebentar!”
“Sebentar dari mana? Sudah lewat jam 9 ini” Ibunya balas marah.
Windi kehabisan kata-kata, dia tertunduk diam sejenak dan akhirnya memutuskan untuk berlari pergi dari rumah. “Aku benci ibu!” lengkingnya sambil lalu.
Windi berlari sambil menangis. Dia menyelusuri jalan-jalan tanah hingga ke bantaran sungai. Di sana kaki Windi tersandung sesuatu, dia terguling dan masuk ke semak-semak. Dan ketika Windi membuka matanya, dia melihat tempat yang berbeda.
Pohon-pohon besar dan kecil tak berdaun ada di mana-mana, kabut tebal mengelilinginya. Hanya terdengar suara jangkrik dan kaok burung gagak dari kejauhan.
Windi melihat sesuatu di antara pepohonan tak berdaun. Sosok itu melayang ke arahnya, badannya tembus pandang, dan wajahnya buruk rupa.
Windi ingin berlari, namun kakinya seolah tertahan sesuatu. Dia mulai berkeringat dingin, sosok itu mulai mendekat. Windi menutup matanya, tak ingin melihat wajah sosok itu.
“Hai gadis kecil! Mengapa kau ada di sini malam-malam?” sapa sosok itu, suara terdengar hangat “apa kau tersesat?”
Windi memberanikan diri untuk membuka matanya. Dia melihat sosok itu melayang di depannya, berkulip gelap dan wajahnya hancur.
“A-apa kau hantu? Hantu penunggu di sini?” tanya Windi memberanikan diri.
“Oh, maaf jika wajahku menyeramkan. Wajahku terpukul godam sebelum aku mati” jawab sosok itu ramah “aku hanyalah roh biasa yang tinggal di sini. Dan kau gadis kecil?”
Windi memperhatikan sosok itu, ternyata tak semenyeramkan yang Windi kira.
“Windi. A-ku rasa aku tersesat. Aku belum pernah melihat tempat ini” tiba-tiba Windi merasa rindu rumah, dia menyesal telah membentak ibunya “maafkan aku Tuan Roh, tapi apa kau bisa membantuku mencari jalan pulang.”
“Pertanyaan gadis kecil, mengapa kau bisa tersesat apa kau lari dari sesuatu?” tanya Tuan Roh.
“Aku tidak dikejar sesuatu” jawab Windi.
“Lalu, apa kau punya masalah?” tanya Tuan Roh Lagi.
“Aku tak pun—” tiba-tiba mulut Windi tertahan, dan lidahnya terasa sakit.
Tuan Roh menatapnya lembut “oh gadis kecil, di sini kau tak akan bisa berbohong sekeras apapun aku mencoba. Karena meski penampilan seram seperti wajahku, tapi inilah Hutan Kejujuran.” jelas Tuan Roh.
Windi tertunduk malu. Dia mulai menyeritakan semuanya pada tuan, tentang dia pulang terlambat dan dimarahi ibunya sampai dia pergi dari rumah.
“Oh, gadis kecil, aku khawatir tak bisa menolongmu.” kata Tuan Roh.
“Tak bisa?!” pekik Windi ketakutan “kenapa?”
“Itu masalahmu dengan orangtuamu. Kau harus menyelesaikannya sendiri” tutur Tuan Roh.
“Tapi aku tahu di mana aku dan mereka mungkin berada di tempat yang jauh” Windi menahan air matanya, matanya merah.
“Maka ini akan menjadi perjalananmu untuk menembus penyesalanmu,” Tuan Roh menatap Windi yang mulai terisak “begini gadis kecil, aku memang tak bisa menolongmu, tapi kurasa Tuan Centaur bisa. Kau hanya perlu berlari sampai kelelahan dan kau pasti akan menemukannya”
“Bagaimana kau tahu, aku akan menemukannya saat aku kelelahan?” tanya Windi bimbang.
“Karena di duniaku ini, ilmu pengatahuan tak berlaku” jawab Tuan Roh.
Windi bingung pengatahuan adalah segalanya dan berlaku dimana saja, tapi mengapa tak di sini. Windi tak mau menghiraukannya, dia hanya ingin pulang.
“Sebelum aku pergi aku ingin bertanya, siapa namumu, Tuan Roh yang baik?”
“Robert, gadis kecil”
“Terima kasih, Robert. Semoga kau mendapat ketenangan” Windi berdo’a untuk Tuan Roh.