IPS

Pertanyaan

ceritakan apa arti penting nya tugas monas dalam sejarah kemerdekaan indonesia

1 Jawaban

  • Secara komersil, pembangunan atau keberadaan monumen dianggap sesuatu yang mubazir. Menghamburkan biaya, tapi tidak menghasilkan keuntungan. Lokasi yang mestinya produktif cuma untuk berdiri kokohnya sebuah bangunan mati. Belum lagi dengan alasan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Kontroversi monumen, seperti aksi pengrusakan patung di Purwakarta oleh sekelompok massa (18/9/2011).

    Beberapa tahun terakkhir, di setiap kota bermunculan pusat-pusat perbelanjaan berupa mal dan perumahan dari tipe terkecil sampai real estate. Ruang publik berubah menjadi tempat bisnis, seolah semua diukur secara materi. Kota hanya dihargai dengan nilai nominal uang. Tak kecuali monumen yang mengandung nilai-nilai sejarah atau spirit tertentu. Monumen hanya ditafsirkan seonggok benda padat tak bernilai.
    Monumen tertutup jalan layang dan gedung-gedung pencakar langit. Seirama dengan gaya hidup penghuninya yang hedonis menjadikan kota yang gelisah. Orang tak lagi memiliki apresiasi terhadap patung yang bertengger di atas tugu penyangganya. Semua sibuk dengan urusan dan kesenangan masing-masing.
    Jika gedung kembar Word Trade Centre (WTC) di New York (11 September 2001) ambruk ditabrak pesawat oleh teroris, menjadi berita menggemparkan di seluruh belahan dunia. Atas nama kemanusiaan peristiwa itu dijadikan alasan pembenaran menumpas pihak-pihak yang disebut teroris, yang juga tanpa rasa kemanusiaan. Namun, keberadaan monumen pelan-pelan digantikan dengan bangunan-bangunan yang mengkondisikan manusia terlepas dari nilai-nilai, nyaris tak ada yang mempersoalkan. Tak ada yang peduli monument itu berdebu, atau bahkan ditabrak mobil atau pesawat.           
    Padahal, keberadaan monumen di sebuah kota memiliki arti penting. Menurut sejarahwan, J.J. Rizal, Presiden pertama RI, Ir Soekarno, adalah seorang pemimpin yang visioner karena banyak memprakarsai pembangunan monumen turutama di Jakarta, diantaranya Monas. Arti monumen karena dilatarbelakangi sejarah yang bisa diambil hikmahnya untuk melangkah ke depan.
    Fungsi monumen
    Di zaman Yunani kuno, monumen memiliki fungsi simbolik dan religi, sudah memperhatikan segi estetik, harmoni, dan konsep ideal beauty. Sedangkan di zaman Romawi monumen lebih merepresentasikan ego seseorang (raja/penguasa). Beberapa merupakan karya peringatan (comemorative works) seperti the Arc of Constantine dan Trajan’s Column (Robinete, 1976: 14).
    Di zaman sekarang, monumen hampir semuanya merupakan monumen urban yang umumnya didirikan dengan inisiatif pemerintah kota, dengan motif yang beragam memiliki karakteristik berdasarkan fungsi dan kepentingan. Monumen pembebasan Irian Barat dan Monumen Dirgantara memiliki fungsi sosial-politik. Monumen Nasional dihadirkan sebagai orientasi arah atau tengaran (landmark).
    Maka dapat disimpulkan, monumen memiliki fungsi individu dan fungsi sosial. Fungsi individu adalah fungsi bagi seniman atau arsitektur yang membuatnya. Adapun fungsi sosial terkait dengan kemaslahatan masyarakat atau warga sebuah kota.
    Fungsi sosial dari monumen antara lain; pertama, sebagai tengeran atau penanda (landmark). Dengan monumen, sebuah kota memiliki penunjuk, sehingga mudah dilihat, diingat, dan diidentivikasi jatidirinya. Seolah kota itu berbicara tentang sejarah, ciri khas, ataupun potensi yang dimilikinya. Membuat orang mengenal sebuah kota lebih jauh, bukan hanya yang kasat mata.
    Kedua, fungsi estetika. Monumen biasanya mengandung nilai estetika, menambah keindahan kota. Dengan monumen, sebuah kota nampak hidup, memiliki ruh. Sehingga kota tak terasa gersang, cuma diwarnai kesibukan warganya mengejar urusan materi dengan properti yang angkuh. Estetika adalah penyeimbang kehidupan. Menyeimbngkan antara unsur materi yang dewasa ini sangat pesat dengan unsur rasa (hati).
    Ketiga, fungsi rekreasi dan komunikasi. Biasanya, sebuah monumen berada di tanah lapang atau dikelilingi taman indah yang merupakan ruang publik. Tempat masyarakat berkumpul. Antarwarga bisa berinteraksi dalam kondisi rileks, sehingga terciptalah suasana harmonis. Maka, kota yang memiliki monumen jadilah kota yang manusiawi.
    Ketiga, fungsi edukasi. Tak kalah penting monumen memiliki fungsi pendidikan. Baik dalam arti luas maupun dalam arti sempit. Dalam arti luas, bisa menjadi wahana pendidikan bagi masyarakat secara luas. Dapat membangun kesadaran masyarakat terkait norma-norma sosial, hukum, budaya, dan pelestarian lingkungan.
    Sedangkan fungsi pendidikan dalam arti sempit, monumen bisa dijadikan sarana pendidikan atau sarana pembelajaran bagi anak-anak sekolah. Proses belajar mengajar tak mesti di dalam kelas, tapi bisa dengan mengenalkan langsung kepada lingkungan sosial, alam, atau obyek tertentu, diantaranya monumen. Bahkan, pembelajaran dengan cara ini dinilai lebih efektif. Bukan hanya pada ranah kognitif, juga ranah afektif dan psikomotorik.

Pertanyaan Lainnya